Kamis, 04 Februari 2010

Karl Heinrich Marx

A. Sosok seorang Marx
Karl Heinrich Marx lahir pad tanggal 5 Mei 1818 di kota Trier di negara Jerman. Marx merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara, ayah Marx yang bernama Heinrich merupakan seorang pengacara terkenal, sedangkan ibunya hanya seorang wanita biasa yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai ibu rumah tangga. Masa remaja Marx dihabiskan di kota kecil itu dan pada usia 17 tahun Marx telah menyelesaikan gymnasiumnya. Pada tahun 1835 Marx muda telah tercatat sebagai mahasiswa universitas Bonn dengan mengambil jurusan hukum. Masa-masa sebagai mahasiswa jurusan hukum tidak berjalan dengan lancar dikarenakan tingkah laku dari Marx yang begitu radikal, oleh sebab itu atas inisiatif ayahnya, Marx muda dipindahkan ke universitas yang ada di kota Berlin dan disana Marx mengambil jurusan filsafat.
Pemikiran-pemikiran dari Marx muda saat itu sangat dipengaruhi oleh ajaran dari Hegel, sehingga banyak dari teman-temannya yang menyebut dirinya sebagai kaum Hegelian kiri. Kematian ayahnya sangat mempengaruhi Marx dalam menempuh studinya. Pada tahun 1841 setelah melalui proses yang begitu panjang, akhirnya tesis doktoralnya diterima dan Marx telah berhasil menamatkan studinya itu, akan tetapi keberhasilannya itu tidak membawanya ke pekerjaan yang Ia idam-idamkan yaitu sebagai seorang dosen di universitas yang telah Ia cita-citakan sejak lama. Gagal menjadi seoarang dosen tidak membuat Marx menjadi patah arang, Ia kemudian beralih terjun kedunian jurnalistik dengan menjadi seorang editor disebuah surat kabar yang bernama Rheins Gazette. Di sini Ia mulai menulis tentang isu-isu tentang permasalahan sosial politik dan meyerang kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Prusia. Pekerjaan Marx sebagai seorang editor itu tidak berlangsung lama, dikarenakan tulisan-tulisan dari surat kabar itu yang sangat menyudutkan pemerintah Prusia, sehingga pemerintah Prusia mengambil tindakan untuk menekan keberadaan surat kabar Rheins Gazette.
Pada tahun 1843 Marx mengakhiri masa lajangnya dengan menikah dengan seorang wanita yang bernama Jenny Von Westhapelen, setelah menikah pasangan muda ini pindah menuju ke kota Paris dan tinggal disana. Tidak jauh beda sewaktu tinggal di Jerman, Marx melanjutkan karir jurnalistiknya dengan menjadi seorang editor di sebuah surat kabar yang bernama German French Anal, sama seperti sewaktu menjabat sebagai editor di rheins Gazette pekerjaannya ini juga tidak berlangsung lama dan alasannya pun sama yaitu surat kabar itu dianggap terlalu revolusioner sehingga permerintah Prusia mengambil tindakan untuk menangkap para editor surat kabar tersebut. Pada masa-masa itu cobaan seakan tidak pernah menimpa kehidupan Marx beserta keluarganya, namun semuanya itu dijalani Marx dengan tabah dan tanpa putus asa Ia tetap menlanjutkan pemikiran-pemikirannya tentang filsafat dan politik. Pada tahun 1847, Marx bersama seorang sahabatnya yang bernama Federich Engels pergi ke London untuk menghadiri sebuah kongres organisasi baru yang bernama Communist League, dari hasil pertemuan dalam kongres itu Marx bersama Engels membuat sebuah artikel yang diberi nama Manifesto Of The Communist party. yang diterbitkan pada tahun 1848.
Seiring dengan berjalannya waktu, awan gelap yang semula menyelimuti kehidupannya perlahan mulai menghilang, bersamaan dengan dikeluarkannya Communist League, dan dari tulisannya ini Ia mulai dikenal orang di Eropa dan sekitarnya. Hal ini pulalah yang membawanya ke perdebatan-perdebatan politik di kalangan politikus Eropa. Karir yang begitu meroket dan dikenal banyak orang ini tidak sejalan dengan kehidi[an pribadi dari Marx. Dalam kehidupan pribadinya, walaupun dalam segi finansial kehidupan Marx tidak mengalami kekurangan suatu apapun, akan tetapi dari segi kebatinan Marx mengalami guncangan yang begitu hebat dan seakan-akan musibah itu tidak pernah lepas darinya. Kepedihan itu antara lain adalah kematian keempat anaknya yang sangat Ia cintai. Kepedihan itu berlanjut dengan banyak dari cucu-cucunya yang meninggal ketika masih bayi. Kepedihan itu seakan-akan tidak berhenti, dan puncak dari kepedihan Marx adalah ketika istri yang sangat Ia cintai dan setia menemaninya baik itu dalam keadaan suka maupun duka meninggal dunia setelah mengalami sakit yang sangat keras. Dan akhirnya, pada tanggal 14 Maret 1883 setelah mengalami sakit keras Karl Marx meninggal dunia pada usia 65 tahun.

B. Alam pemikiran dari Marx
Perkembangan alam pemikiran dari seorang Marx tidak bisa dilepaskan begitu saja dari keadaan masyarakat Eropa pada akhir abad ke-18. pada masa itu kehidupan para buruh pabrik sangat memprihatinkan sekali. Penyebab dari ketimpangan sosial antara buruh dengan para pemilik modal adalah diakibatkan dari adanya proses industrialisasi, sehingga upah para buruh saat itu sangat murah dan waktu kerja relatif panjang dan ditambah lagi keadaan didalam pabrik yang sangat membahayakan bagi kesehatan para pekerja.
Sejak masih menjadi seorang mahasiswa, Marx telah aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan politik yang dianggap radikal. Hal inipun berkelanjutan setelah Ia mendapatkan gelar doktoralnya. Pada awal-awal mencurahkan pikiran-pikrannya, Marx masih sangat terpengaruh dengan gagasan dari seorang GWF Hegel. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan dari pemikirannya dikarenakan hampir sebagian waktunya dihabiskan untuk membaca di sebuah perpustakaan yang berada di London, akhirnya yang semula pemikiran sangat terpengaruh oleh pemikiran dari Hegel dapat Ia lepaskan bahkan Ia dengan pemikiran-pemikirannya itu menetang teori yang dikembangkan oleh Hegel. Dari pemikiran-pemikiran Marx yang dikembangkan hampir separuh hidupnya itu, ada dua buku yang sangat terkenal yaitu Manifesto Of The Communist Party dan Das Kapital.
Dalam, Manifesto Of The Coomunist Party dijelaskan bahwa suatu revolusi itu harus dijalankan melalui jalan kekerasaan untuk mencapai ke transformasi sosial yang mendasar. Pemikiran ini dikenal konsep perjuangan kelas. Dalam buku ini Marx menjelaskan bahwa dalam kehidupan ini syarat dengan perjuangan dan pertentangan kelas antara kelas borjuis dan kelas pekerja atau buruh. Untuk itu, perbaikan terhadap keadaan suatu masyarakat itu tidak bisa dilaksanakan secara tambal sulam dan harus diubah secara radikal melalui pendobrakan sendi-sendinya, untuk keperluan itu marx menyusun sebuah teori sosial yang berdasarkan pada hukum-hukum ilmiah. Teori dari Marx ini dikenal dengan nama Scientific Socialisms ( sosialisme ilmiah ).
Kelas borjuis yang terdiri dari mereka yang memiliki alat produksi dan modal, sehingga mereka mengadakan pengeksploitasian terhadap kelas pekerja. Di sini kaum borjuis akan membentuk apa yag disebut dengan dominasi klas dan cenderung konservatif untuk mempertahankan kedudukannya itu dan sedapat mungkin untuk mencegah terjadinya suatu perubahan sosial. Di lain pihak, kelas pekerja atau buruh yang menjadi kelas tetindas tidak akan pernah dan tidak akan bisa untuk memperbaiki kehidupan mereka. Hal ini bisa tejadi dikarenakan mereka hanya memiliki tenaga saja yang digunakan untuk bertahan hidup dan dikarenakan sistem kerja yang ekploratif, mereka dijadikan sebagai saran pendukung dari lancarnya suatu kapitalisme.
Hubungan antara kedua kelas ini akan selalu bertentangan dikarena perbedaan kepentingan diantara kedua kelas tersebut. Di kelas borjuis yang cenderung bersifat konsevatif merkea ingin mempertahankan kedudukan mereka, disampin itu di kelas pekerja mereka ingin mengadakan suatu revolusi yang bertujuan untuk memperbaiki keidupan mereka, sehingga mereka akan mengunakan segala cara untuk melaksanakan tujuan mereka itu. Akar-akar konflik diantara kedua kelas menurut Marx tidak hanya disebabkan karena perbedaan pendapatan kapital dalam bentuk kekayaan saja, melainkan perbedaan tajam menyangkut hubungan pemilikan dan penggunaan bentuk serta kekuatan-kekuatan produksi aktif. Faktor ini menjadi sangat penting dan krusial dikarenakan hubungan anatara produksi dengan hubungan otoritas yang terbentuk karena ketimpangan dalam distribusi kekayaan dalam produksi industrial. Hal ini pulalah yang menyebabkan terjadinya konflik antara kelas borjuis dengan kelas pekerja.
Penentangan dari pemikiran Marx tentang kapitalisme lebih jelas dalam bukunya yang berjudul Das Kapital, dalam bukunya ini sangat jelas bahwa Ia sangat menentang sistem kapitalis yang berkembang di muka bumi ini, karena menurutnya sistem kapitalisme ini menghalangi kelancaran dalam terjadinya perubahan sosial. Selain itu, menurut Marx bahwa sistem kapitalis itu menimbulkan kesengsaraan yang sangat luar biasa bagi kehidupan para pekerja, karena menurutnya selain menghalangi proses perubahan sosial, kapitalisme merupakan lambang dari sebuah ketidakadilan dan ketidakmanusiawan dikarenakan kapitalisme sangat menguntungkan bagi para pemilik modal ( kaum borjuis ) dan sangat merugikan bagi kelas pekerja. Di lain pihak, Marx menginginkan dan mendambakan sebuah tatanan masyarakat yang dimana tidak ada kelas sosial , dimana manusia dibebaskan dari kepemilikan pribadi dan dimana tidak ada eksploitasi, penindasan dan paksaan, akan tetapi untuk mencapai kesemuanya itu dimana masyarakat bebas dari paksaan, harus melalui sebuah revolusi dengan cara kekerasan dan paksaan yang dilakukan oleh kaum buruh terhadap kaum kapitalis. Masyarakat tanpa kelas yang didambakan oleh Marx ini ditandai dengan lenyapnya perbedaan-perbedaan kelas dan produksi dikuasai oleh bangsa serta kekuasaan negara akan kehilangan karakter politiknya, dimana sistem kekuasaan ini tidak lagi bersifat ofensif dan menindas masyarakat.
Pemikiran-pemikiran dari Marx yang sangat revolusioner itu juga banyak sekali mengundang kontroversi mengenai sosok seorang Marx. Berbagai karya telah Ia hasilkan baik itu dalam bentuk buku maupun dalam bentuk artikel. Karya lain yang terkenal adalah karya yang menyangkut Matrealisme Sejarah,negara dan Agama.
Konsep matrealisme sejarah yang sangat melekat dalam diri Marx tidak bisa dilepaskan dari matrealisme dialektika buah karya dari Hegel. Menurut Marx sejarah umat manusia sudah ada sejak zaman primitif dan dibentuk dari faktor kebendaan. Awal sejarah manusia dimulai dengan adanya kepemilikan pribadi yang kemudian terjadi pertarungan untuk memperebutkan materi tersebut. Materi ini sendiri merupakan suatu faktor kontitutif proses sosial politik historis kemanusiaan. Marx menyakini bahwa tahap-tahap perkembangan sejarah ditentukan dan dipengaruhi oleh suatu benda. Bentuk dan kekuatan produksi material tidak saja menetukan proses perkembangan dan hubungan sosial manusia, serta format politik, tetapi juga pembagian kelas-kelas sosial. Inti dari matrealisme sejarah adalah sejarah seluruh masyarakat yang ada sejak zaman dulu sampai sekarang merupakan sejarah perjuangan kelas.
Negara dalam pandangan Marx, merupakan salah satu faktor penting terjadinya eksploitasi kaum borjuis terhadap kelas proletar antara lain dikarenakan negara diajdikan sebagai alat penindas. Bagi kelas borjuis, negara dijadikan suatu alat untuk menjaga eksistensi dan hegemoni ekonomi dan politik mereka. Maka dari itu, prioritas utama dalam perjuangan kelas proletar bukan untuk membat negara, melainkan untuk membuat masyarakat tanpa adanya suatu kelas dan dengan sendirinya tanpa dihancurkan negara akan lenyap. Inilah proses sejarah yang dianggap Marx sebagai suatu proses lenyapnya sebuah negara.
”Religion is the opium of the people” ini merupakan kata yang keluar dari Marx tentang pandangan mengenai masalah agama. menganggap agama sebagai candu mengandung arti bahwa agama hanya memberikan malapetaka saja. Agama dibutuhkan ketika manusia mengalami suatu keputusasaan dikarenakan tak mampu lagi menghadapi kenyataan hidup secara logis dan realistis, maka dari itu agama dijadikan sebagai tempat pelarian. Padahal semua persoalan kehidupan manusia harus bertitik tolak dari manusia dan kembali lagi ke manusia itu sendiri. Menurut Marx, kepercayaan terhadap suatu agama akan menjadikan manusia sebagai makhluk diluar dirinya sendiri dan agama dipandang sebagai sumber dari sikap keterasingan manusia. Sama seperti dalam pandangan negara, bahwa agama juga merupakan suatua alat dari kelas borjuis untuk menyuburkan kapitalisme, selain itu agama dijadikan sebagai alat oleh pemerintah membuat masyarakat terlena, bresikap pasif, patuh dan tidak berontak kepada penguasa negara. Di lain pihak agama dipandang sebagai alat pembelenggu kebebasan manusia.
Pemikiran Marx yang begitu kontroversi terhadap agama tidak bisa dilepaskan dari keadaan psikologisnya. Sebagai seorang yang kritis dalam menyikapi permasalahan, Marx belum bisa begitu saja melepaskan trauma psikologisnya dari sejarah gereja pada abad pertengahan. Anti pati dan sikap sinisme terhadap agama merupakan cerminan dari perlawanan sikap terhadap penyimpangan gereja pada abad pertengahan, karena pada masa itu agama disalah gunakan oleh segelintir orang demi mencapai suatu kekuasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar