Kamis, 04 Februari 2010

BUDAYA DAN KEBEBASAN ”ketegangan antara kebebasan individual dan aksi kolektif”

keadaan dunia sekarang ini sedang mempertanyakan masalah kebebasan kepada warga negara dari negara demokrasi. Keadaan ini disertai dengan kekuatan khusus dalam negara dimana lembaga-lembaga demokrasi telah terkait dengan tradisi tertentu. Yang ”ideologi”nya mendapat pernyataan klasik dalam deklarasi kemerdekaan. Tradisit itu telah mengajarkan kepada kita mencapai kebebasan merupakan sejarah politik; bahwa pemerintahan sendiri adalah hak yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang merdeka dan bahwa apabila kebebasan telah dicapai, orang menganggapnya jauh lebih berharga dari lainnya. Namun apabila kita melihat kepada dunia, kita melihat lembaga-lembaga yang semestinya bebas di banyak negara, tampaknya dengan bersemangat bukan hanya disingkirkan, malah ditinggalkan demikian saja. Kita dapat menarik kesimpulan bahwa apa yang telah terjadi merupakan bukti bahwa semuanya tidak pernah terjadi dalam kenyataannya selain hanya dalam namanya saja atau tidak mungkin menghibur diri dengan kepercayaan bahwa kondisi yang tidak biasa, seperti frustasi dan rasa dihinakan secara nasional, telah menyebabkan orang orang dapat menyambut baik segala bentuk pemerintahan yang menjanjikan ditegakkannya kembali rasa harga diri secara nasional. Namun kondisi negara, disamping wemudarnya demokrasi di negara-negara lain, telah memaksakan kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang perjalanan dan nasib masyarakat bebas, bahkan masyarakat kira sendiri.
Masalah yang terdapat belakangan pertanyaan yang diajukan itu, kekuatan yang menyebabkan pertanyaan itu menjadi mendesak, telah melampaui kepercayaan khusus yang membentuk dasar psikologi dan moral pertama dari demokrasi. Dalam sebuah suratnya, Thomas Jeferson membuat pernyataan tentang kondisi Amerika dan menyatakan sebuah harapan mengenai keadaan itu di masa depan: ”Majunya liberalisme telah menggalakkan harapan behwa pemikiran manusia pada suatu waktu nantia akan kembali kepada kebebasan yang dinikmatinya duar ribu tahun yang lalu. Negara ini telah memberikan contoh kepada dunia tentang kebebasan fisik, juga telah menyebabkan menjadi contoh dari emansipasi moral dan inkuisisi pendapat umum telah menenggelamkan kebebasan, padahal dalam teori telah ditegaskan oleh hukum.” Situasi yang berkembang sejak jaman Thomas Jeferson itu mungkin telah membawa kita kepada keadaan yang sebaliknya dari gagasan yang dikemukakannya. Karena sekarang kita mengetahui bahwa hubungan yang ada antara orang per orang, diluar lembaga politik hubungan mempengaruhi sikap dan kebiasaan yang dinyatakan dalam pemerintahan dan aturan-aturan. Jika benar bahwa apa yang bersifat politik dan hukum itu mengadakan reaksi terhadap hak-hal yang lain, akan jauh lebih benar lagi bahwa lembaga-lembaga politik itu adalah hanya akibat saja, dan bukan sebab.
Pengetahuan inilah yang teleh menentukan tema yang dibicarakan. Kumpulan kondisi yang menuntut persyaratan-persyaratan yang menjadikan manusia bermasyarakat dan hidup bersama itulah yang diringkas dalam istilah budaya. Masalahnya adalah budaya manakah yang demikian bebasnya sehingga budaya itu membentuk dan melahirkan kebebasan politik sebga pendamping dan akibatnya. Budaya sebagai suatu dari kumpulan adat istiadat yang rumit memiliki kecenderungan untuk mempertahankan diri sendiri. Ia hanya dapat menjelmakan dirinya sendiri kembali dengan jalan mempengaruhi perubahan khas tertentu dalam bangunan awal dan asli dari para anggotanya. Setiap budaya memiliki pola dan karakteristik penataan daya-daya komponennya sendiri. Hanya dengan kekuatan eksistensinya sendiri dan juga karena metode-metode yang dianut secara sengaja yang dilakukan dengan sistematis budaya ini melestarikan diri melalui transformasi atas watak manusia yang masih asli dan mentah.

Budaya dan Watak Manusia
Gagasan kebebasan telah dihubungkan dengan keindividualan, hubungan demikian rapatnya dan demikian seringnya diuraikan sehingga ia tampak telah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Banyak yang kaget apabila mendengar bahwa kebebasan itu pernah dianggap memiliki sumber dan dasar lain daripada wujud keindividualan itu sendiri. Gagasan budaya telah menjadi pokok gagasan antropologi, menggunakan pula sosiologi dalam bentukl yang demikian luasnya sehingga sosiologi telah memasang muka baru di atas muka lama, yaitu masalah yang lama mengenai hubungan antara yang bersifat individu dan yang bersifat sosial. Akibatnya terdapat kecenderungan bagi orang yang merasa tertarik akan teori itu untuk terpisah sehingga satu kelompok menolak apa saja yang dikemukakan pihak lain. Namun dalam keadaan bagaimanapun masalah itu tidak dapat mengambil bentuknya yang baru tanpa bahan yang disediakan oleh peneliti antropologis, karena sains telah dikembangkan oleh pengamatan analitis dan penafsiran tentang fakta-fakta yang diobservasi atas dasar hubungan antara yang satu dan yang lain. Teori sosial telah beroperasi berdasarkan ”kekuatan-kekuatan” umum, baik kekuatan dari ”motif” alami yang inheren maupun kekuatan yang bersifat sosial.
Faktor-faktor lain yang cukup kuat dalam interakasi itu adalah berbagai teknologi yang dihasilkan sains modern yang telah melipatgandakan mekanisme untuk mengubah pengaturan massa penduduk dan berkaitan dengan sentralisasi ekonomi yang teelah memungkinkan opini massa. Di sini juga terdapat peringatan maupun saran bagi orang-orang yang terlibat dalam kondisi budaya yang ingin mempertahankan kemerdekaan demokratis. Peringatan itu jelas berkenaan dengan peranan propaganda yang kini beroperasi dengan kita dengan saluran yang tidak begitu langsung dan tidak resmi
Pengaruh pertambahan jumlah dan ragam fakta yang saling tidak berkaitan yang kini berperan secara berlanjut terhadap kebanyakan orang, adalah jauh lebih mudah dipahami daripada pengaruh hal-hal umum yang populer, terlebih tidak didukung oleh fakta yang dapa diamati. Penafsiran berlebihan atas kejadian sesuatu yang menimbulkan persetujuan dan bukanpenelitian yang kritis. Salah satu sebab utama dari tidak dianggap seriusnya pengaruh hal-hal umum atau prinsip-prinsip adalah semuanya itu demikian tertanam dalam kebiasaan sehingga orang yang telah terbiasa dengannya hampir tidak sadar akan adanya hal-hal umum. Tidak ada suatu perkiraan yang memadai tentang dampak budaya terhadap unsur yang kini membentuk kebebasan sehingga tidak memperhatikan perpecahan moral dan agama yang ditemukan dalam wujud kita sendiri sebagai pribadi. Masalah penciptaan demokrasi murni tidak akan mungkin dilakukan dengan baik dalam teori maupun dalam praktek kecuali apabila kita menciptakan intergrasi intelektual dan moral akibat kondisi yang kacau sekarang ini.. ancaman serius bagi demokrasi kita bukanlah adanya negara totaliter asing melainkan terletak dalam sikap kita sendiri dan lembaga-lembagakita sendiri yang telah memberikan kemenangan pada kekuasaan eksternal disiplin dan keseragaman serta ketergantungan pada sang pemimpin.

Latar Belakang
Para sejarawan tidak menarik kesimpulan yang sinis dari laporan kondisi nyata yang telah menimbulkan revolusi, bahwasanya gagasan yang dikemukakan mengenai kemerdekaan, pemerintah sendiri dan lembaga repupliken adalah ketidakjujuran yang disengaja yang dimaksudkan untuk menipu oran karena apabila tidak diperlakukan demikian orang akan bersifat acuh tak acuh terhadap penjelasan itu. Yang terjadi adalah para pemimpin telah mengeneralisasi pembatasan yang mereka derita secara pribadi menjadi gagasan penindasan yang umum; dan dalam bentuk seperti memperluas upaya mereka untuk memperoleh kebebasan dari kesatuan-kesatuan pribadi menjadi perjuangan untuk kemerdekaan sebagai satu idealisme politik yang serba menyeluruh.
Para sejarawan juga tidak menarik kesimpulan bahwa kekuatan ekonomi adalah satu-satunya kekuatan yang mengerakan kepada aksi kolektif, dan bahwa keadaan keukatan-kekuatan produksi itu adalah faktor akhir dalam menentukan hubungan sosial. Para sejarawan tidak berani untuk melangkah terlalu jauh ke dalam lapangan kepada generalisasi yang luas. Namun dalam kapasitas mereka sebagai sejarawan, mereka telah menunjukan pada dampak faktor-faktor ekonomi tertentu dalam menimbulkan revolusi; dan dampak kondisi ekonomi yang tekah berubah setelah terjadinya kekacauan dimasa konfenderasi. Dengan memperhatikan kondisi yang mendasar ini, mekanisme yang diperlukan utnuk melestarikan pemerintahan adalah sederhan. Segalanya itu dapat disimpulkan dalam pertanggungjawaban pribadi dari para pejabat terhadap warga negara, karena mereka hanyalah wakil rakyat sehingga para wakil rakyat harus memberikan pertanggungjawaban mereka lebih sering tentang bagaimana mereka telah menggunakan kekuasaannya; pemerintah mayoritas dan menjaga agar unit-unit pemerintah berada dalam keadaan sekecil mungkin sehingga rakyat dapat mengetahui apa yang dilakukan wakil-wakil mereka.
Kondisi yang mempengaruhi bekerjanya mekanisme pemerintah dan dipertahankannya kemerdekaan yang membentuk Bill of Rights jelas sekali, tanpa perlu diperdebatkan lagi, jauh lebih rumit . terlepas dari apakah orang percaya akan pentingnya kontrol sosial yang lebih banyak terhadap kegiatan ekonomi atau percaya terhadap diberikannya semaksimum mungkin prakarsa pribadi dalam industri dan pertukaran. Namun kedua belah pihak harus mengakui bahwa kekuatan yang tidak bersifat pribadi telah mulai bergerak dalam skala yang belum pernah terpikirkan pada saat-saat pertama republik. Namun, industralisasi dan komersialisasi memainkan peranan sedemikian rupa dalam menentukan kualitas budaya yang ada sekarng ini sehingga perlu dijelaskan secara khusus kebutuhan utama akan analisis tentang kondisinya. Akan tetapi fakta yang membenarkan penekanan ekonomi itu tidak membuktikan bahwa masalah kebebasan demokrasi yang bersifat kerja sama itu dapat diselesaikan dengan menanggulangi secara langsung dan secara khusus dengan aspek ekonomi saja, karena yang diperlukan untuk melakukan perubahan yang diinginkan dalam industri dan distribusi pendapatan hanya dapat dicapai dengan bantuan perubahan korelatif dalam ilmu pengetahuan, moral dan tahapan-tahapan lain dari pengalaman bersama. Fakta itu mengemukakan dalam garis besar yang tegas bahwa belum pernah ada kondisi sepenuhnya, baik yang bersifat ekonomis maupun yang lelgal bagi suatu pengalaman demokratis yang lengkap. Baik dari segi negatif maupun segi positif, fakta-fakta itu memperlihatkan kepentingan adanya pengujian secara kritis terhadap teori yang memberikan keunggulan pada faktor-faktor ekonomi sendiri.

Ekonomi Totaliter dan Demokrasi
Semenjak timbulnya ilmu alam dan teknologi yang menyertainya, penyerderhanaan di pihak teori ini terdiri dari dua kelas umum. Teori telah menyederhanakan dalam hal melebih-lebihkan baik faktor manusia, unsur-unsur yang terambil dari watak manusia maupun faktor lingkungan ”eksternal”. Gagasan-gagasan populer biasanya kacau dan merupakan kompromi yang tidak konsisten.
Setiap teori aksi sosial dan kausalitas sosial yang monolitik cenderungmemiliki jawaban yang siap pakai bagi masalah-masalah yang timbul watak keseluruhan dari jawaban ini mencegah pengujian kritis dan diskriminasi. Fakta-fakta tertentu yang terlibat dalam masalah yang sesungguhnya itu. Akibatnya, jawaban itu memaksa sati jenis aktivitas yang menyangkup atau tidak ada sama sekali, yang pada akhirnya menimbulkan kesukaran-kesukaran baru.
Adalah ironis bahwa teori yang paling memperlihatkan dan paling belagak memiliki suatu dasar ilmiah adalah teori yang telah melanggar dalam bentuk yang paling sistematis setiap prinsip metode ilmiah sendiri. Apakah yang kita pelajari dari kontradiktif itu adalah aliansi yang potensial antara metode ilmiah, meetode demokratis dan pentingnya mempergunakan potensi ini dalam teknik perundangan dan pemeerintah telah menjadi watak ilmu untuk menyambut baik perbedaan pendapat pada saat penyelidikan membawa bukti dari fakta-fakta yang diamati sehingga mengakibatkan suatu konsensus tentang suatu kesimpulan dan saat pengambilan suatu kesimpulan berdasarkan apa yang telah dipastikan dan diumumkan dalam penelitian-penelitian baru selanjutnya. Setiap negara demokratis sekarang ini pernah melakukan penggunaan metode ilmiah ini yang lengkap dalam memutuskan kebijaksanaan-kebijaksanaannya namun kebebasan menyelidiki, bertoleransi terhadap pendapat yang berbeda, kebebasan berkomunikasu, mendistribusikan pap-apa yang ditemukan dalam setiap individu sebagai konsumen intelektual yang terakhir semuanya itu terlibat dalam metode demokrasi dan juga dalam metode ilmiah. Ketika demokrasi secara terbuka mengakui adanya masalah-masalah dan keperluan menyelidiki sama bermasalahnya dengan kebanggaanny, maka demokrasi mengasingkan kelompok politik yang membanggakan dirinya karena menolak mengakui pendapat-pendapat yang tidak sesuai sehingga kelompok-kelompok itu lenyap, hal yang telah menjadi nasib dari kelompok-kelompok yang sama dalam ilmu pengetahuan.

Demokrasi dan Watak Manusia
Pokok permasalahan yang mengiringi tentang sebuah drama yang memiliki tiga babak yang terakhir daripadanya belum berakhir dan kini sedang dimainkan dimana kita hidup menjadi peserta didalamnya. Babak pertama, sepanjang yang mungkin menceritakan kisah ringkas tentang suatu penyederhanaan secara sepihak tentang watak manusia yang bisanya digunakan untuk mempromosikan dan mengabsahkan gerakan politik yang baru. Babak kedua merupakan reaksi terhadap teori dan praktek yang berhubungan dengan dengan gerakan politik tersebut berdasarkan bahwa gerakan itu adalah perintis anarki moral dan sosial sebab terputusnya tali persatuan yang mengikat manusia menjadi satu kesatuan yang organik. Babak ketiga, yang sekarang sedang dimainkan, adalah mengenai penemuan kembali signifikasi moral atas hubungan watak manusia dan demokrasi yang kini dinyatakan dengan istilah-istilah keonkret dari kondisi yang ada dan dibebaskan dari hal-hal yang dilebih-lebihkan secara sepihak seperti pernyataan terdahulu.
Bukan masalah yang mudah untuk menemukan wewenang yang khas memadai untuk bertindak dalam tuntutan yang merupakan ciri khas demokrasi, bahwa kondisinya haruslah sedemikian rupa sehingga memungkinkan potensi watak manusia mencapai keberhasilan. Karena hal itu tidak mudah maka jalan demokrasi adalah jalan yang sukar ditempuh. Karena asalah kebebasan demokrasi adalah masalah realisasi sepenuh mungkin dari potensi-potensi manusia maka potensi manusia itu apabila ditindas dan ditekan, pada saatnya ia akan memberontak dan menuntut akan moralitas yang adil dan sejajar. Akan tetapi karena alasan itu jugalah, tugas dari orang yang tetap memegang kepercayaan akan demokrasi adalah untuk menghidupi kembali dan mempertahankan dengan semangat yang penuh keyakinan awal terhadap watak moral yang hakiki dari demokrasi, yang sekarang ini ddikemukakan dalam cara-cara yang sepadan dengan kondisi budaya yang ada sekarang ini. Kita telah maju cukup jauh untuk mengatakan bahwa demokrasi adalah jalan hidup. Namun kita masih harus merealisasikan bahwa demikrasi itu adalah cara kehidupan pribadi dan cara yang memberikan ukuran moral bagi perilaku pribadi.

Ilmu Pengetahuan dan Budaya Bebas
Salah satu argumentasi yang lebih awal bagi demokrasi telah dibantah dengan c ara yang paling menyusahkan. Sebelum revolusi industri begitu berhasil, adalah biasa terdapat bahwa pemerintahan yang menindas mendapat dukungan hanya dari suatu kelas yang relatif kecil. Diasmusikan bahwa pemerintahan republiken akan memperluas dukungan yang luas dari massa, sehingga ”rakyat” yang sebagaimana yang tasinya bukan apa-apa menjadi segalanya.
Terdapat sebuah argumentasi mengenai sains yang begitu jauh hanya mendapatkan tanggapan kecil di negara-negara demokrasi, akan tetapi kendati demikian megemukakan sebuah permasalahan yang demikian mendasar sehingga semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang lebih besar.prinsip-prinsip Laissez-faire telah mengatur perilaku penelitian ilmiah, bahwa citarasa dan pilihan pribadi peneliti telah dibiarkan mengatur jalannya sampai demikian rupa sehingga kekacauan intelektual dan kekalang-kabutan moral yang ada sekarang ini di dunia timbul karena kerja sama ilmu pengetahuan secara diam-diam dengan aktivitas yang tidak terkendali dalam industri. Situasi eksternal adalah lawan yang harus ditanggulangi oleh para ilmuwan sebelum situasi itu memungkinkan para ilmuwan melaksanakan tugas mereka yang bebas dari pendiktean dan penindasan. Situasi internal sebagiannya adalah kebutuhan akan spesialisasi penelitian yang ekstrem yang sudah pasti disertai oleh metode baru; untuk sebagainya lagi hal itu adalah sebuah kebijaksanaan untuk proteksi diri demi mempertahankan kemurnian suatu sikap yang baru.
Perbedaan adalah suatu alasan kenapa masalah menjadi masalah moral. Masalah apakah ilmu pengetahuan itu mampu mempengaruhi pembentukan tujuan yang diperjuangkan manusia atau hanya terbatas pad menambah kekuasaan untuk merealisasikan tujuan masing-masing. Pendapat yang serupa kini dianut atas nama ilmu pengetahuan mungkin merupakan suatu petanda keragu-raguan yang telah merembes kedalam segala aspek budaya, atau mungkin pula merupakan pertanda jelek bagi demokrasi. Jika pengendalian perilaku sampai tingkat pertikaian keinginan tanpa ada kemungkinan untuk menentukan keinginan dan tujuan dengan perantara keyiknan yang telah terjamin secara ilmiah, maka alternatif pelaksanaannya adalah persaingan dan pertiakaian antara kekuatan yang tidak cerdas untuk mengendalikan keinginan.
Jika ilmu pengetahuan tidak mampu mengembangkan teknik moral yang juga akan menentukan hubungan-hubungan ini maka perpecahan dalam budaya modern adalah demikian parahnya sehingga bukan saja demokrasi yang akan hancur melainkan juga semua nilai yang beradab. Suatu budaya yang mengizinkan ilmu pengetahuan menghancurkan nilai-nilai tradisional namun dalam saat bersamaan tidak mempercayai kekuasaannya untuk menciptakan nilai-nilai yang baru adalah sebuah budaya yang tengah menghancurkan dirinya sediri. Perang merupakan suatu gejala dan juga merupakan suatu sebab dari perpecahan batin.

Amerika: Sebuah Kasus Demokrasi
Perselisihan sepanjang ada hubungan dengan demokrasi dimana kita telah terlibat dalam perjalanan sejarah adalah di dalam lembaga bukan dan sikap kita sendiri. Perselisihan itu dapat diatasi hanya dengan mengunakan cara-cara demokrasi yaiu; cara konsultasi, persuasui, perundingan, komunikasi, kecerdasan yang kooperatif, dalam menjadikan tugas politik , industri, pendidikan dan budaya pada umumnya, sebagai pelayan dan manifestasi yang berkembang dari gagasan demokrasi. Berlindung kepada kekuatan militer adalah suatu tanda pasti bahwa kita telah meninggalkan perjuangna untuk cara-cara kehidupan yang demokratis. Tujuan demokrasi menuntut metode demokratis utnuk realisasinya. Sekarang metode otoriter menampakan diri mereka dengan kedok baru dengan menyatakan bahwa ia berbakti utnuk tujuan akhir kemerdekaan dan persamaan dalam suatu masyarakat yang tidak berkelas.
Demokrasi hanya dapat ditegakkan dengan cara perlahan-lahan dan disebarkan dalam setiap tahap kehidupan sehari-hari. Suatu demokrasi amerika dapat berbakti kepada dunia hanya apabila mereka memperlihatkan dalam perilaku kehidupan mereka sendirikeberhasilan metode-metodenya yang majemuk parsial dan eksperimental dalam memperoleh dan mempertahankan dalam memperoleh dan mempertahankan pembebasan daya watak manusia yang selalu bertambah meningkat, dalam pengabdiannya kepada kebebasan yang bersifat kooperatif dan suatu kerja sama yang bersifat suka rela. Pada akhirnya, metode demokrasi itu secara fundamental adalah sama sederhana dan sukarnya sebagaimana juga halnya ciptaan yang energetik yang tidak pernah kendor dan tidak henti-hentinya dari sebuah jalan baru yang selalu ada yang kita dapat berjalan diatasnya bersama-sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar