Senin, 16 Januari 2012

PMI Berau Temukan 2 Kantong Darah Terinfeksi HIV/AIDS 2011

TANJUNG REDEB – Sebanyak 2 ribuan pendonor darah yang tercatat di Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Berau, selama kurun waktu 2011, terdapat sebanyak 50 kantong darah terinfeksi bibit penyakit. Dibanding 2010 silam, dalam hitungan Mei hingga Desember 2010, terdapat sebanyak 27 kantong darah yang terinfeksi penyakit. Hal itu disampaikan Kepala Cabang PMI Berau, Said Amri, ketika ditemui (13/1) kemarin.
Dikatakan, dari 50 kantong darah tersebut, terdapat 2 kantong yang diduga terinfeksi virus HIV/AIDS.
Menurut dia, peningkatan jumlah darah yang terkena bibit penyakit memang naik secara keseluruhan. Bukan hanya Virus HIV/AIDS, tapi juga terdapat 28 kantong terkena penyakit Hepatitis B. Sisanya sebanyak 17 kantong terinfeksi Hepatitis C dan 3 lainnya terkena penyakit Sipilis, katanya.
Secara umum produksi darah di PMI Cabang Berau dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini tidak lepas dari kerja sama PMI dengan instansi-instansi yang ada di Berau, baik itu Swasta maupun Negeri. Tercatat selama 2011 terdapat kegiatan donor darah massal sebanyak 31 kali. “PMI tidak pernah kehabisan stok darah, justru malah sejumlah kantong darah harus dimusnahkan karena kadeluarsa, dimana, masa pemakaian darah hanya sebatas 30 hari saja.
Demi keselamatan bersama dan agar tidak menyebarkan benih penyakit, 50 kantong darah yang diduga mengandung bibit penyakit, juga telah dimusnahkan, “Untuk HIV/AIDS dulu pernah dikirim ke laboratorium di Samarinda guna pemeriksaan lebih lanjut, tapi sekarang cukup dengan Rappid test dan apabila positif akan segera dimusnahkan,” katanya.
Terkait temuan PMI Berau mengenai kantong darah yang diindikasikan terjangkit virus HIV/AIDS telah dilaporkan ke pihak Dinas Kesehatan Berau.”Sampai saat ini kami masih menunggu aksi dari dinas kesehatan terkait temuan petugas kami, dan selama ini belum ada tindaklanjutnya,” ungkapnya.
Dia berharap, segera ada tindakan nyata untuk menanggulangi penyebarannya, karena ini bukan masalah yang sepele, tetapi diperlukan penanganan khusus dan berkelanjutan. “Jangan sampai sudah jadi pandemi, baru kelabakan bagaimana cara mengatasinya,” tegasnya.

menembus batas!!!

Ketika dilahirkan kita tidak bisa memilih seperti apa kita akan dilahirkan, semua sudah merupakan garisan dari Yang Maha Kuasa. Terlahir dengan keterbatasan bukan suatu penghalang untuk meraih prestasi.
Para atlet berkebutuhan khusus yang tergabung dalam Kontingen Special Olympics Indonesia (SOIna) Kabupaten Berau mampu membuktikan, dengan segala keterbatasaannya, mereka mampu meraih prestasi selayak orang normal lainnya. Lebih membanggakan lagi, prestasi ini tidak hanya mengharumkan nama Berau tapi juga nama Indonesia di kawasan Borneo.
Event dengan tajuk 5st Special Olympics Borneo Cup Football Tournament 2011 yang berlangsung di Brunei Darussalam 1 - 4 Desember 2011 menjadi ajang pembuktian bagi kontingen SOIna asal Bumi Batiwakkal, karena dalam kejuaraan ini berhasil keluar sebagai juara.
Tournament ini diperuntukkan bagi atlet berkebutuhan khusus yang berada di kawasan pulau Kalimantan. Ajang yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali, diikuti 8 tim yang berasal dari 3 negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam sebagai tuan rumah pada kejuaraan kali ini.
Menurut Mursalim, staff Dinas Pendidikan Berau yang ikut rombongan menjelaskan, 8 tim yang berlaga di kejuaraan ini terdiri dari 3 tim tuan rumah yang terbagi dalam Brunei A, B dan C, tim selanjutnya berasal dari Malaysia yang diwakili oleh tim dari kota sabah dan Serawak. Indonesia mengirimkan 3 kontingen yang berasal dari Berau, Bontang dan juga Tarakan.
“Kontingen SOIna Kabupaten Berau, berjumlah 14 orang yang terdiri dari 8 orang atlet serta 6 offisial,” ujarnya. Adapun rombongan atlet tersebut antara lain, Arianto, Zakaria (kapten tim), Abdul Wahid, Juldika Saputra, Randy Pranata, Tri Hariyanto, Tegar fandi dan Ricky Dwi Agung. Gelaran pertandingan berlangsung di stadion Hasanah Bolkiah, dengan menggunakan format pertandingan yang mengadopsi dari permainan futsal. Adapun durasi permainan berlangsung selama 2 X 10 menit serta masa istirahat 5 menit.
Dia menceritakan, perjalanan untuk menjadi yang terbaik, dimulai pada fase divisioning. Di fase ini SOIna Berau bertemu tim kuat Brunei A. Sebagai tuan rumah, otomatis Brunei A menjadi favorit juara pada kejuaraan kali ini. “Pertandingan ini kita imbang dari tim Brunei A dengan skor sama kuat 1-1,” ungkapnya.
Fase divisioning guna penentuan grup tidak hanya ditentukan melalui hasil akhir pertandingan, namun dari sisi teknik dan permainan juga sangat berpengaruh. Oleh panitia, SOIna Berau berada di pool B bersama dengan tim Brunei A, Serawak dan Brunei C. sementara Pool A diisi Tim Bontang, Tarakan, Brunei B dan juga Sabah.
Ardiansyah Ramli, ketua tim SOIna Berau mengatakan, tidak hanya stamina dan ketrampilan saja, strategi juga sangat berpengaruh dalam penentuan hasil pertandingan serta seberapa jauh akan melanggkah. Pada saat pertandingan di fase group, SOIna Berau kembali bertemu dengan Brunei A, tidak seperti pertandingan sebelumnya, dipertandingan ini Berau dipermak dengan skor menyakinkan 4 gol tanpa balas.
“tidak masalah kita kalah dari Brunei A, masih ada dua pertandingan dan kita bisa memenangkannya kita aman ke semi final,” ungkapnya setelah pertandingan melawan Brunei A. lecutan motivasi dan semangat ingin membuktikan yang terbaik, membuat tim SOIna Berau tampil sangat garang dan menunjukan sinyalemen kepada lawan, bahwa mereka pantas untuk menjadi juara di kejuaraan ini.
Partai selanjutnya, tim mulai unjuk kekuatan. Pertandingan yang mempertemukan dengan tim Sabah Brunei C berhasil memenangkan pertandingan dengan skor menyakinkan yaitu 12 gol berbanding nol. Kemenangan ini semakin memupuk mental dan harapan tim untuk tetap bisa berada di jalur juara pada kejuaraan tersebut.
Pertandingan terakhir di putaran group mempertemukan Berau dengan Brunei C. Partai ini sangat krusial dan menentukan lolos tidaknya tim ke fase berikutnya. Beban untuk menang bukan menjadi suatu masalah, karena tim Brunei C berhasil disisihkan dan maju ke babak selanjutnya. Pertandingan ini sendiri dimenangkan tim Berau dengan skor menyakinkan dengan 6 kali membobol gawang lawan tanpa bisa kemasukan sama sekali.
Lolos dari putaran grup sebagai runner up, di semi final sudah ditunggu tim kuat asal Malaysia, yaitu Serawak, dipertandingan ini berhasil dimenangkan Berau dengan skor tipis 1-0. Pada Partai puncak kembali untuk ketiga kalinya di kejuaraan ini bertemu dengan tim Brunei A.
Mursalim menuturkan, pada partai puncak sebenarnya tim sudah pasrah serta tidak menargetkan untuk menang dan hanya mengandalkan do’a. “Statistik pada pertandingan final, diibaratkan 80 persen untuk Brunei, sisanya untuk tim Berau,” ujarnya. Selain itu, masalah bertambah karena dari sisi fisik dan tingkah laku, pemain Brunei seperti orang normal. Kecurigaan ini bertambah kuat, ketika pada saat tes kesehatan, tim Brunei A melakukan sendiri tanpa ada tim lain yang tahu.
Permainan sendiri berjalan tidak seimbang, karena bola sepenuhnya dikuasai tim Brunei. Peluang demi peluang berhasil mereka buat, namun kecemerlangan kiper berhasil mementahkan semua peluang yang ada. Bedanya, satu-satunya peluang yang dimiliki tim Berau berhasil dikonversi menjadi gol, yakni lewat skenario tendangan sudut.
Ia menambahkan, partai final yang berjalan berat, dimana stamina anak-anak sudah terkuras, karena harus bertanding selama empat hari berturut-turut. Hal ini ditambah lagi kepemimpinan wasit yang agak berat sebelah. “Selain kita mendapat kartu merah diakhir pertandingan, penambahan waktu bermain juga berlebihan,” katanya.
Gol semata wayang yang dicetak oleh Tri Hariyanto ini memupus ambisi tuan rumah untuk menjadi yang terbaik. Raihan gelar ini, seakan menjadi pelepas dahaga bagi persepakbolaan Berau yang selama ini miskin prestasi.
Selain berhasil mempertahankan gelar Special Olympics Borneo Cup Football Tournament 2011 yang sebelumnya pernah diraih pada 2009, ketika menjadi tuan rumah. Torehan trofi lainnya yang berhasil diraih adalah juara I Kejuaraan Nasional SOIna di Ragunan (2010) dan juara I Kejuaraan Inter-city Cup Asia-Africa di Timor-timur (2010).
“Hal terpenting bukan raihan prestasi, tetapi lebih pada semangat dan tingkat kepercayaan diri pada anak-anak berkebutuhan khusus ini semakin bertambah, karena mereka bisa memberikan sebuah kebanggaan sehingga tidak hanya dipandang sebelah mata,” imbuhnya.
Senada juga diungkapkan, Ardani, kakak dari zakaria, bahwa prestasi dari zakaria membuat keluarga bangga. Ia tidak menyangka adiknya berhasil mewakili Indonesia di Special Olympics di Yunani 2011 yang lalu. “Setelah apa yang diraih Zakaria, kepercayaan diri dan semangat hidupnya meningkat. Selain itu, ia sekarang lebih giat dalam berlatih sepak bola,” tegasnya. (*/dvd)